Greenpeace: PLTU Batubara Bukan Pilihan, Banyak Energi Terbarukan

Greenpeace: PLTU Batubara Bukan Pilihan, Banyak Energi Terbarukan

CIREBON - Greenpeace, Walhi dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menggelar aksi damai di PLTU Cirebon, Minggu (15/5). Aksi itu bentuk simbolisiasi perlawanan proyek-proyek ekspansi batubara sekala besar. Di mana, pemerintah tengah meningkatkan program daya energi listrik 35 ribu megawatt. Jika pemerintah tetap saja melakukan ekspansi PLTU batubara, maka komitmen penurunan emisi tidak terjadi. (Baca: Greenpeace dan Jatam Blokir Crane PLTU Cirebon) Karena PLTU batubara dinilai tidak hanya menggagalkan komitmen Indonesia dalam penurunan emisi gas rumah kaca yang sudah disepakati tahun kemarin di Paris, sebesar 29 persen. Namun, juga tidak menyelamatkan masyarakatnya dari dampak buruk polusi batubara. Greenpeace mengkalkulasi, dampak gas dari PLTU batubara yang ada sudah menghasilkan 6.500 orang terdampak kematian dini per tahun di Indonesia. Jika secara global, mencapai 7.100 kematian per tahunnya. Baik untuk bahan bakar fosil sektor transport maupun energi seperti PLTU, polusinya sangat mengancam kesehatan masyarakat. Sebut saja ISPA, kanker paru-paru, penyakit pernapasan, jantung, peredaran darah lainnya. Tidak hanya warga sekitar PLTU, tapi juga menyebar di seluruh Indonesia. \"Karena itu ini harus menjadi perhatian kita bersama,\" kata Hindun Mulaika, juru bicara Greenpeace di hadapan wartawan. Terlebih menurutnya, PLTU batubara bukan satu-satunya jawaban untuk meningkatkan enegu listrik 3.5000 megawatt. Namun, banyak sumber energi terbarukan yang memang belum dimanfaatkan secara maksimal. \"Justru kenapa pilihan yang sangat kotor ini dengan karbon yang sangat tinggi, dampak kesehatan yang sangat besar menjadi prioritas pemerintah saat ini,\" tukasnya. (jun/JPG)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: